Kuttab Vs Sekolahnya Manusia Perspektif Peradaban Pendidikan Islam
Oleh : Nikma Nurul Izzah
I.
Pendahuluan
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah
berulangkali mengalami perubahan. Sejak Indonesia merdeka selama 68 tahun telah
terjadi perubahan kurikulum sebanyak 11 kali, 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004, 2006, 2013, 2015[1]. Beberapa
masalah yang muncul seperti perubahan kurikulum, tawuran pelajar, kasus
pelecehan siswa oleh oknum guru, mahalnya biaya pendidikan, dan lain
sebagainya. Hal ini membuat pendidikan nasional kehilangan kepercayaan dari
sebagian masyarakat.
Sejarah pendidikan Islam yang telah melalui
masa lebih dari 1400 tahun menunjukkan bahwa umat Islam dapat mnecapai zaman
kegemilangan jika mereka mengikuti metode As-Salaf Ash-Shalih.
Pendidikan Islam terbukti mampu melahirkan ulama-ulama yang tidak hanya
menguasai satu bidang keilmuan saja, baik ilmu umum maupun agama. Diantara
adalah Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i yang ahli dalam bidang fikih, Ibnu
Sina, diumurnya yang masih belia 17 tahun ia sudah menjadi dokter hingga
Muhammad Al-Fatih, diusianya yang masih belia, 24 tahun mampu meruntuhkan
Benteng Konstantinopel.
Apa rahasia dibalik pendidikan Islam sebenarnya?
Berangkat dari ini penulis ingin membahas Sistem Kuttab Al-Fatih Vs
Sekolahnya Manusia Perspektif Peradaban Pendidikan Islam.
II. Pembahasan
A. Definisi Kuttab
dan Sekolahnya Manusia
1. Definisi Kuttab
Kuttab secara terminologi adalah tempat anak-anak
untuk belajar membaca, menulis dan menghapal Al-Qur’an. Isim jamaknya adalah
kataatiib.[2]
Kuttab Al-Fatih adalah lembaga pendidikan
untuk anak usia 5 – 12 tahun yang berkonsentrasi pada dua kurikulum utama yaitu
kurikulum Iman dan Kurikulum Al-Qur’an.[3] Yang
diusung oleh Ustadz Budi
Ashari. Sistem pendidikan yang dibangun dalam Kuttab adalah menekankan
pentingnya Iman sebelum Al-Qur’an dan Adab sebelum Ilmu. Hal ini terkandung
dalam kurikulum Iman dan Al-Qur’an.
Dinamakan Kuttab Al-Fatih karena
terinspirasi dari Al-Fatih, gelar yang disematkan pada Mehmed II /Mehmed Khoun,
seorang sultan ketujuh Turki Utsmani yang di usia dua puluh tahun sudah
mendapatkan penghargaan Nabi padahal ia lahir setelah delapan abad setelah
Rasulullah ﷺ
wafat. Ia adalah panglima yang berhasil mendobrak benteng konstantinopel. Al-Fatih
artinya Sang Pembuka.[4]
2. Definisi
Sekolahnya Manusia
Sekolahnya manusia adalah sekolah berbasis MI
(Multiple Intelligences), yaitu sekolah yang menghargai berbagai jenis
kecerdasan siswanya.[5]
B. Kuttab dan
Sistemnya
1. Sejarah Kuttab
dalam Peradaban Pendidikan Islam
Kuttab merupakan pusat pengajaran paling tua di
kalangan kaum muslimi. Ada yang mengatakan dunia Arab telah mengetahuinya
sebelumnya sebelum kedatangan Islam. Namun, hal itu hanya dalam ruang yang
terbatas. Kedudukan kuttab dalam abad pertama hijriyah merupakan prioritas
yang sangat diperhatikan urusannya karena merupakan gerbang pintu menuju
pengajaran yang lebih tinggi. Kuttab menyerupai madrasah ibtidaiyah pada
masa sekarang. Sesuatu yang banyak diperhatikan dimana Ibnu Hauqal[6]
mendirikan 300 kuttab di satu kota negeri Shaqilah.[7]
Tujuan kuttab adalah memberikan
persamaan pengajaran anak-anak kaum muslimin dalam hal baca tulis, dan
menghapal Al-Qur’an. Nabi Muhammad ﷺ
sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dan para pemuda. Nabi sangat
memerintahkan para tawanan Perang Badar memberikan tebusan dengan cara
mengajarkan tiap-tiap orang untuk mengajarkan sepuluh anakk anak untuk menulis
sebagai syarat pembebasannya.[8]
Pada awalnya, kuttab dilaksanakan
untuk mengajarkan menghafal Al-Qur’an dan mengajarkan prinsip-prinsip membaca
dan menulis. Pusat-pusat kuttab berada di masjid atau di rumah-rumah para
penghafal Al-Qur’an. Darinya muncullah ulama-ulama besar fikih dan penghafal
Al-Qur’an. Pengajarnya dikenal dengan muaddib dan syaikh-syaikh yang
membantu mereka dalam menerapkan kurikulum Al-Qur’an, hadits, prinsip-prinsip
membaca dan aritmatika. Kuttab saat itu belum mendapatkan perhatian yang cukup
dari pemerintah Islam.[9]
Sejarah awal pendidikan Islam
mencatat bahwa kuttab terbagi atas dua karakteristik, yaitu: Pertama,
kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada tulis
baca, dalam teori pendidikan modern, menulis (kitabah) dan membaca (qiraah)
merupakan teori kompetensi dasar pendidikan. Kedua, kuttab sebagai
tempat pendidikan yang mengajarkan Al Quran dan dasar-dasar keagamaan.
Kuttab pada periode Abbasiyah
memanfaatkan ruangan dimasjid- masjid sebagai sarana belajar membaca (qiraah)
dan menulis (kitabah) Al- Qur’an. Kuttab sebagai tempat
belajar bagi anak-anak tidak hanya bertempat di rumah. Namun, juga istana,
toko-toko dan pinggir-pinggir pasar. Adapun pengajarannya meliputi membaca
Al-Qur’an dan menghafalnya, pokok-pokok ajaran Islam kisah orang-orang besar
Islam, menulis, membaca dan menghafal syair-syair atau prosa, berhitung serta
pokok-pokok Nahwu-Shorof.
Pada saat yang bersamaan dengan
kemajuan peradaban, lembaga-lembaga pendidikan lain mulai mengarahkan dirinya
terhadap pendidikan Islam dan muncullah Daar Al Hikmah dengan tujuan
agar gerakan terjemahan bertambah luas. Setelah itu muncullah sistem madrasah
yang menjadikan sistem pendidikan Islam memasuki periode baru dalam pertumbuhan
dan perkembangannya, dimana periode ini adalah periode terakhirnya. Sebab di
sini madrasah sudah merupakan salah satu organisasi resmi negara dimana
dikeluarkannya pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai negara.
Kuttab sebagai institusi pendidikan dasar
Islam pertama akhirnya digantikan dengan sistem baru ketika Nidzamul Mulk (w.
1092 H/485 M) mendirikan madrasah Islam pertama di kota Baghdad pada tahun
1066. Madrasah Nidzamiyah diselenggarakan menggunakan sistem dan metode yang
lebih modern dibanding kuttab. Dikemudian hari Madrasah Nidzamiyah
menjadi percontohan bagi madrasah-madrasah Islam yang didirikan di Nisabur,
Balkh, Heart, Isfahan, Marv, Basrah dan Mosul.[10]
2. Sistem
Pendidikan Kuttab Al-Fatih
Kuttab Al-Fatih berdiri sejak tahun 2012, bermula dari rumah
yang berada di perumahan Griya Tugu Asri, Blok B2/20. Lembaga ini dibawah
asuhan ust. Budi Ashari, Lc sekaligus pencetusnya. Kini kuttab sudah memiliki
16 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Lembaga pendidikan anak-anak
usia 5 – 12 tahun ini kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an.
Kurikulum yang dirujuk kuttab adalah Al-Qur’an dan Sunah yang dikaji
dan diturunkan menjadi sebuah aplikasi di dalam pendidikan usia 5 – 12 tahun
serta mengkaji lebih dalam kitab-kitab para ulama yang berbicara tentang
pendidikan generasi seperti Siroh Nabawiyah, Li Syuabil Al-Iman
dan tulisan-tulisan ulama yang diyakini kebaikan kitabnya.
Dalam prakteknya, Kuttab Al-Fatih memiliki jenjang yaitu
1.
Kuttab Awal
Pada Kuttab Awwal adalah menyiapkan
pondasi, yaitu pondasi Iman dan pondasi Qur’an.[11]
Pada jenjang ini anak-anak belajar membaca, menulis, menghafal qur’an, ilmu
dasar agama, dan berhitung dasar.[12] Kuttab
Awwal terbagi menjadi 3 level, yaitu:
a. Kuttab Awal 1 (6-7 tahun)
b. Kuttab Awal 2 (7-8 tahun)
2.
Kuttab Qonuni
Jika iman dan Qur’an sudah tertanam, maka ia
akan masuk pada tahapan bagaimana berlatih mandiri. Mandiri inilah masuk pada
level Qonuni. Dari kuttab Awwal masuk pada level Qonuni.
Mandiri ini belajar bagaimana Nabi Muhammad ﷺ
belajar.[14]
Pada jenjang ini anak-anak dan remaja belajar ilmu bahasa dan adab. Mereka juga
belajar ilmu agama, hadits, dan berbagai macam ilmu lainnya.[15] Kuttab
Qonuni terbagi menjadi 4 level, yaitu:
1.
Kuttab Qonuni 1
2.
Kuttab Qonuni 2
3.
Kuttab Qonuni 3
Dalam tahapan pembelajaran, kuttab memiliki
tahapan pembelajaran
1.
Pendengaran sebelum penglihatan
2.
Hati sebelum akal
3.
Membaca sebelum menulis
4.
Menghafal sebelum menganalisa
5.
Iman sebelum Al-Qur’an
Sistem pendidikan yang dibangun dalam Kuttab
adalah menekankan pentingnya Iman sebelum Al-Qur’an dan Adab sebelum Ilmu. Hal
ini terkandung dalam kurikulum Iman dan Al-Qur’an.
3. Kurikulum
Pendidikan
Sistem pendidikan yang dibangun dalam Kuttab adalah
menekankan pentingnya Iman sebelum Al-Qur’an dan Adab sebelum Ilmu. Hal ini
tersebut bahwa kurikulum dalam Kuttab Al-Fatih adalah kurikulum Iman dan
Al-Qur’an yang dikaji dan diturunkan menjadi sebuah aplikasi di dalam
pendidikan anak usia 5 – 12 tahun. Serta mengkaji dari kitab-kitab para ulama
yang berbicara tentang pendidikan generasi.
a. Iman sebelum
Al-Qur’an
Iman sebelum Al-Qur’an yang ditekankan dalam Kuttab
Al-Fatih terinpirasi dari hadits
Rasulullah
عَنْ
جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ، قَالَ : كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَليْهِ
وسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ ، فَتَعَلَّمْنَا الإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ
نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ , فَازْدَدْنَا بِهِ
إِيمَانًا
Dari Jundub bin Abdillah berkata: Dulu kami
adalah anak-anak kecil yang sudah cukup kuat bersama Rasulullah ﷺ.
Maka kami pun mempelajari iman sebelum Al-Qur’an, kemudian kami mempelajari
Al-Qur’an (setelah itu). Maka semakin bertambahlah iman kami. Sementara kalian
hari ini, kalian mempelajari Al-Qur’an sebelum iman. (HR. Ibnu Majah)[17]
Iman sebelum Al-Qur’an, Syaikh Abu Yazid bin
Shafiyah Al-Madani Al-Jaza-iri Hafizhahullah menjawab, "Dan sebagai
kesimpulan, wajib bagi seorang ibu untuk mengajarkan kepada anaknya
pertama-tama tentang keimanan akan al-Quran beserta kedudukannya(2) juga
tentang kewajiban untuk mengarahkan diri kepadanya seraya mentadaburi
ayat-ayatnya. (3)Juga mengajarkan kepadanya rukun-rukun iman yang enam dan tiga
pembagian tauhid hingga dia memandang penting untuk mengambil faidah dari al-Quran.
(4)Juga mengajarkan kepadanya agar tidak menyenangkan keinginannya untuk
sekedar membaca huruf-huruf al-Quran seraya mengabaikan ketentuan-ketentuan dan
hukum-hukumnya"
Seluruh rangkaian kegiatan dalam Kuttab
Al-Fatih selalu diiringi dengan iman sebelum Al-Qur’an. Tidak ada satupun
kegiatan dan pengajaran apapun kecuali pasti ditanamkan nilai-nilai keimanan
seperti class meeting, rihlah, camping dan bahkan berhitung, bahasa dan
pelajaran duniawi lainnya.
Iman sebelum Qur’an bukan berarti kita harus
mengesampingkan belajar Al-Qur’an sejak dini, tapi kita hanya mengutamakan
untuk mengajarkan tentang iman kepada Allah taala, kekuasaan Allah, Malaikat
Allah, Kitab, RasulNya dan juga mengajarkan Al-Qur'an sambil ditanamkan
makna-maknanya. Dengan demikian tatkala anak kita belajar Al-Qur’an, maka akan
bertambah imannya.
Kurikulum inilah yang dahulu diterapkan oleh
Rasulullah ﷺ dan
ditanamkan kepada para sahabat-sahabat nabi saat kecil seperti Abdullah bin
Abbas, Usamah bin Zaid dan para ulama-ulama lainnya yang menjadi generasi
gemilang di usia muda. Tujuannya adalah membangun dan menguatkan pondasi iman
sebelum mereka dibebani syari'at. Sehingga mereka berhasil membangun peradaban
Islam yang luar biasa, kuat dari segala sisi. Baik sisi ekonomi, militer,
politik dan lain-lain. Bahkan kejayaan tersebut terus berlanjut sampai pada
akhirnya turki utsmani runtuh.[18]
Paham tentang ilmu iman, masuk dalam hati
mereka, ada bukti dalam aplikasi kehidupan mereka, menjadi karakter dalam
dirinya . Yang nantinya qur’an bukan Cuma dihapal naik pada tingkat berikutnya
qur’an itu akan kita latih untuk menjadi sumber segala ilmu. Ketika iman sudah mantap, mereka akan nyaman
dengan Al-qur’an itu sendiri[19] jika
iman sudah tertanam maka ia akan berlatih mandiri.
Iman itu mencakup seluruh
kehidupan. Iman menjadi ruh dalam setiap aktivitas, juga menjadi hasil dari
setiap aktivitas manusia. Inilah yang dimaksud dengan generasi yang berkarakter
keimanan.
b. Adab sebelum
Ilmu
Kurikulum Kuttab Al-Fatih selanjutnya
adalah ‘Adab sebelum Ilmu’. Hal ini sesuai dan sejalan dengan pendidikan islam
yang diajarkan Nabi. Sangat memperhatikan adab-adabnya yang tidak dapat
ditemukan selain dalam pendidikan islam. Hal ini sebagaimana para sahabat yang
mengambil ilmu dari Nabi dan ulama belajar kepada guru-gurunya.
Apa yang guru kuttab lakukan adalah
pembelajaran bagi anak-anak. Ulama banyak sekali para ulama yang mengatakan
kami belajar adab guru saya sebelum ilmunya. Guru Adabnya yang disaksikan oleh
anak-anak. Sesuatu yang tidak terajarkan tetapi tertanamkan. Cara guru menegur,
bersikap, memberi penghargaan. Guru yang mendidik harus dikagumi untuk
anak-anaknya dan harus diteladani.
Sebagaimana seorang Abdullah bin Mubarak,
beliau berkata kepada ahli hadits dan penuntut ilmu, "Kalian lebih
membutuhkan adab daripada banyaknya ilmu." "Pelajari adab sebelum
Engkau pelajari Ilmu."
Misal lain, Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
"Kami mempelajari masalah adab itu selama
30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun."
Ibnu Sirin berkata,
كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم
"Mereka -para ulama- dahulu mempelajari
petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu."
Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada
seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
"Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu."
Kuttab Al-Fatih memakai kurikulum belajar adab sebelum ilmu. Para ulama mendahulukan
mempelajari adab sebelum ilmunya. Yusuf bin Al Husain berkata,
بالأدب تفهم العلم
"Dengan mempelajari adab, maka engkau
jadi mudah memahami ilmu." Syaikh Sholeh Al Ustaimin berkata, "Dengan
memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab,
maka ilmu akan disia-siakan."
Anak-anak didik Kuttab Al-Fatih sangat
tertib saat belajar. Mereka harus benar-benar sami'na wa atha'na (mendengarkan
dan menaati gurunya). Tidak ada yang bermain tangan saat guru menjelaskan,
pelajaran, dihentikan jika ada yang tidak tertib, pelajaran tidak dilanjutkan
jika mereka belum sesuai adab belajar, semua duduk bersila diam dan tenang.[20]
4. Pendekatan dan
Metode
Pembelajaram antara kelas iman dan Al-Qur’an
tidak sam. Kelas iman menggunakan kelas teta dengan model tematik sedangkan
kelas Al-Qur’an menggunakan moving class. Artinya, jika hafalan Al-Qur’an masih
belum mencapai target maka ia ikut kelas bawah. Kalu kelas Al-Qur’an itu
hafalannya, kalau kelas iman berdasarkan umurnya.[21]
Untuk memperlancar dan mempercepat hafalan
santri, diadakannya program tasmi’. Metode mengajar tidak jauh berbeda seperti
pembelajaran sekolah pada umumnya. Ceramah, tanyah jawab, kisah. Dalam
pembelajaran sangat ditekankan dalam menjaga adab. Sebelum pelajaran dimulai
kelas harus sudah tenang dan santri sudah siap dengan posisinya untuk menerima
ilmu. Pembukaan tema digunakan metode outing class (kegiatan di luar kelas).
Pembelajaran di kelas Al-Qur’an menggunakan
model halaqoh. Santri duduk melingkar menghadap ustaz. Penyampaian materi
pengenalan huruf hijaiyah menggunakan metode talaqqi. Metode tasmi’ digunakan
bila santri ingin menyetorkan hafalan atau ziyadah. Untuk muroja’ah hafalan
Al-Qur’an menggunakan model halaqoh jama’i. Sedangkan kitabah biasanya
menggunakan metode drill. [22]
5. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dan perkembangan murid Kuttab
Al-Fatih dilaorkan dalam bentuk raport. Komponen didalamnya berbentuk
numerik dan deskriptif. Evaluasi didalamnya meliputi:
a. Refleksi harian
Refleksi harian berisi tentang catatan
personal santri baik dari segi capaian hafalnnya, kondusif dan tidaknya
halaqah, adab santri diaat halaqah serta sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan nilai rapot
b. Absensi
kehadiran
Berisi presensi kehadiran santri sekaligus
sebagai buku pencatatan capaian hafalan santri dalam kesehariannya.
c. Mutaba’ah
Mutabaah adalah lembar penilaian dan capaian
santri berupa buku yang dibawa pulang oleh santri sebagai bahan evaluasi orang
tua selama halaqah di Kuttab.
Pada kurikulum iman, penilaian harian dapat dilakukan dengan observasi,
contohnya yang dinilai adalah sikap (karakter iman). Nilai harian juga dapat
diambil ari lembar tugas harian lainnya. Penilaian berkala juga dilaksanakan
pada Ujian Tema dan Ujian Semester. Ujian tema dilakukan setelah materu
Adapun untuk kurikulum Al-Qur’an beberapa hal yang dinilai adalah sebagai
berikut:
a. Penilaian tahfidz
dan tilawah
Adapun yang dinilai dalam hal ini adalah:
kelancaran, makhroj, mad, dan ghunnah.
b. Penilaian adab
Pengambilan nilai adab ditinjau dari santri
dalam kesehariannya dan dari hasil rekapan refleksi harian. Penilaian ini
bersifat deskriptif.
c. Penilaian
kitabah
Penilaian kitabah diambil mulai level Qanuni 1
yang mana santri sudah diajarkan kaidah penulisan huruf berbahasa arab.
Penilaian ii ditinjau dari bashiroh guru.
Sebagai program penunjang, ada program BBO
(Belajar Bersama Orang Tua). Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk interaksi
antara guru di sekolah dan orangtua dirumah berkaitan dnegan pembelajaran di
Kuttab. Program ini berupa tugas tugas kepada orangtua untuk mengajarkan materi
pelajaran kepada anak-anaknya dirumah. Setelah itu, hasil belajar hasil belajar
dirumah dilaporkan ke Kuttab untuk bahan penyusunan evaluasi anak.
Inilah keunikan program Kuttab Al-Fatih. Artinya Kuttab bukan tempat penitipan
anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik dan beradab tanpa peran orangtua
dirumah.
C. Sistem
Sekolahnya Manusia
1.
Sejarah Ide Sekolahnya Manusia
Sekolahnya Manusia adalah sekolah berbasis Multiple
Intelligences (Kecerdasan Majemuk), yaitu sekolah yang menghargai berbagai
jenis kecerdasan siswanya.[23] Sekolahnya
manusia menekankan bahwa semua anak memiliki potensi cerdas yang menonjol yang
mungkin tidak termasuk kategori kecerdasan oleh sekolah.
Munif Chatib adalah penggagas ‘Sekolahnya
Manusia’ di Indonesia. ‘Sekolahnya Manusia’ bukanlah sebuah lembaga baru. Ia
adalah sebuah sistem pendidikan sekolah dengan strategi pembelajaran Multiple
Intelligences.
Multiple Intelligences adalah sebuah strategi pembelajaran
berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar
yang sudah ditentukan dalam silabus.
Munif Chatib lahir pada tanggal 5 Juli
1969. Ia menyelesaikan sarjana strata satunya di Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya Malang. Meskipun mengenyam pendiidkan di dunia
hukum namun rasa cintanya di dunia pendidikan tidak pernah padam. Setelah
menyandang status Sarjana Hukum pada tahun 1992, ia malah kembali menekuni
kecintaannya pada dunia pendiidkan dengan menjadi seorang asisten dosen. Tak
berlangsung lama pula Ia kemudian menjadi tenaga pengajar di Universitas
Nasional Jakarta pada tahun 1993.
Pada tahun 1999, Bapak satu putri ini kembali
melanjutkan pendidikannya dengan Distance Learning di Supercamp Oceanside
California USA yang dipimpn oleh Bobbi DePorter. Ia menduduki peringkat 5 dari
73 lulusan alumni pertama dan satu-satunya lulusan dari Indonesia. ‘Islamic
Quantum learning’ adalah tesisnya yang cukup menggemparkan dan sampai sekarang
menjadi referensi paling diminati di Supercamp.
“Islamic Quantum Learning adalah kritik
tentang penokohan fiktif yang dikembangkan oleh Bobbi DePorter. Dan sepertinya,
saya menemukan hal yang luar biasa, yaitu ternyata mereka mengakui bahwa
nilai-nilai islam adalah nilai-nilai terbaik dalam penerapan penokohan dan
character buildig yang diajarkan di sekolah-sekolah. Ibaratnya air sumur. Air
sumur itu adalah nilai Islam dan mereka menyedotnya dengan mesin yang canggih.
Sedangkan kita di Indonesia atau di sekolah-sekolah Islam mengambil air itu
dengan timba bocor. Jadi, kelemahan pendidikan kita terletak pada metodologi”,
ujar Munif Chatib yang selalu yakin bahwa sekolah islam mestinya dapat menjadi
sekolah terbaik dan unggul.
Saat ini Munif menjabat sebagai Direktur
Lembaga Pendidikan YIMI Gresik sejak tahun 2003, Ia juga merupakan seorang
praktisi dan profesional di bidang manajemen pendidikan, tak ketinggalan pria
lulusan terbaik ke lima Distance Learning di Supercamp Oceanside California USA
ini juga mnejabat sebagai konsultas dan pelatihan pendidikan di beberapa dinas
dan lembaga pendidikan salah satunya lembaga pendidikan YIMI Gresik sejak tahun
2003, lembaga pendidikan mutiara ilmu Bengil sejak tahun 2004.[24]
Keahliannya dalam konsep yang dicetuskan
Howard Gardner yang bernama Multiple Intelligences memunculkan ide ‘Sekolahnya
Manusia’ yaitu ia piawai dalam membahas metode dan model pembelajarn dengan
contoh-contoh praktis dan konkret. Munif Chatib juga meneliti dan menemukan MIR
(Multiple Intelligences Research) dan MIS (Multiple Intelligences System).
2.
Teori Kecerdasan Multiple Intelligences[25]
Dalam buku Frame of Mind, Howard Gardner
menulis teori Multiple Intelligences bahwa
ada delapan kecerdasan yang diantaranya dimiliki manusia.
a. Kecerdasan Linguistik
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah
kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi dan
berdebat.
b. Kecerdasan
Matematis-Logis
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah
kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris dan kemampuan mengolah alur
pemikiran yang panjang. Hal ini berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar
dan berpikir logis dan memecahkan masalah.
c. Kecerdasan
Visual-Spasial
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah
kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Hal
ini berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung dan
mendesain.
d. Kecerdasan
Musikal
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah
kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasikan irama, pola titik nada
dan warna nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal. Hal ini
berkaitan dengan kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi
atau alat-alat musik.
e. Kecerdasan
Kinestetis
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah
kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respons dan
refleks. Hal ini berkaitan dengan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan.
f. Kecerdasan
Interpersonal
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah
kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi
dan keinginan orang lain. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan
orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerjasama dan mempunyai empati
yang tinggi.
g. Kecerdasan
Intrapersonal
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah
memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mengenali diri
sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri dan
sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup.
h. Kecerdasan
Naturalis
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah
keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi species lain
dan memetakan hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun
non-formal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan meneliti gejala alam,
mengklasifikas dan identifikasi.
i. Kecerdasan
Eksistensial
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah kepekaan dalam menyiapkan diri menghadapi kematian. Muhasabah, mengambil pelajaran dari peristiwa kematian
adalah diantara kegiatan yang disukai oleh mereka yang memiliki kecerdasan
eksistensial.
3.
Sistem Pendidikan dalam Sekolahnya Manusia[26]
Sebenenarnya, multiple intelligences adalah
sebuah teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang psikolog
dari Project Zero Harvard University pada 1983. Hal yang menarik pada teori
kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan redefinisi kecerdasan.
Sebelum muncul teori multiple Intelligences, teori keccerdasan lebih cenderung
diartikan secara sempit.
Konsep multiple intelligences system tidak
mengenal predikat siswa bodoh serta tidak ada pelajaran yang dianggap sulit
a. Paradigma
Kecerdasan
Ada tiga paradigma mendasar yang diubah
Gardner
1) Cerdas tidak
dibatasi tes formal
Kecerdasan tidak mugkin dibatasi oleh tes
formal. Sebab setelah diteliti, ternya kecerdasan seseorang selalu berkembang (dinamis) tidak statis.
Sumber kecerdasan seseorang adalah kebiasaannya untuk membuat produk budaya
(kreativitas) dan kebiasaannya menyelesaikan masalah secara mandiri. Kecerdasan
dapat dilihat dari kebiasaan seseorang yang dilakukan berulang-ulang. [27]
2) Kecerdasan itu
multidimensi
Artinya bahwa kecerdasan seseorang dapat
dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya kecerdasan verbal atau logika. Ranah
kecerdasan terus berkembang dan masih banyak lagi kecerdasan yang belum
ditemukan.[28]
3) Kecerdasan,
Proses Discovering Ability
Multiple intelligences punya metode discovring
ability, artinya proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa
setiap orang pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu melalui
pencarian kecerdasan. Kecerdasan lebih dititikberatkan pada proses untuk
mencapai kondisi akhir terbaik.
b. The Best
Process
Dalam penerimaan siswa barunya, sekolah unggul
tidak menetapkan the best input, namun the best process. Karena
konsep multiple intelligences menitikberatkan pada ranah keunikan selalu
menemukan kelebihan setiap anak. Konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang
bodoh. Setiap dari mereka pasti memiliki minimal satu kelebihan dan
kecenderungan.
Berdasarkan hal diatas, sekolah unggul
menerima siswa barunya dalam kondisi apapun. Sekolahlah yang meneliti kondisi
siswanya secara psikologis dan mengetahui kecenderungan kecerdasan yang
dimilikinya melalui metode riset yang dinamakan Multiple Intelligences
Research (MIR)
Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah
yang fokus pada kualitas proses pembelajaran dan bukan kualitas input siswanya.
Adapun kualitas pembelajaran bergantung pada kualitas yang dimiliki seorang guru.[29]
Sekolah unggul adalah sekolah yang gurunya
mampu menjamin semua siswanya akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik.
Artinya, ia akan menjadi ‘agen perubah’ bagi siswanya.[30]
Kesimpulannya, sekolah unggul adalah sekolah yang memanusiakan manusia dalam
arti menghargai setiap potensi yang dimiliki siswanya. Sekolah yang membuka
pintunya kepada semua siswa bukan dengan menyeleksinya dengan nilai berupa
angka-angka untuk diketahui diterima atau tidak.[31]
c. Metode MIR (Multiple
Intelligences Research)
MIR adalah sebuah riset yang ditujukan kepada
siswa dan orangtuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang
paling menonjol dan berpengaruh. Data
hasil MIR digunakan oleh sekolah dan guru untuk pengembangan proses belajar
mengajar, bukan untuk menentukan siswa diterima atau tidak disekolah tersebut.[32]
MIR adalah sebuah instrument riset yang dapat
memberian deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang. Hasil dari
kecenderungan kecerdasan tersebut dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi
seseorang. Gaya belajar adalah pola bagaimana sebuah informasi bisa diterima
seseorang. Oleh karen itu, seorang guru harus punya data gaya belajar para
siswanya untuk kemudian guru menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar
siswanya dari hasil MIR. Pada akhirnya guru masuk ke dunia siswa. Siswa merasa
nyaman dalam proses belajarnya.[33]
MIR menjadi alat bantu seorang guru menemukan
gaya belajar siswanya. MIR biasa dilaksanakan pada penerimaan siswa baru. MIR
juga bisa dilaksankan pada saat kenaikan kelas karena kecerdasan seseorang
selalu berkembang dan tidak statis. Kecerdasan seseorang selalu berkaitan
dengan kebiasaan yang selalu diulang-ulang.[34]
4.
Strategi Pembelajaran Multiple
Intelligences dalam Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah sebuah sistem proses
pembelajaran yang utuh mulai dari awal hingga akhir. Model pembelajaran
meliputi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran
dan teknik pembelajaran.[35]
Strategi pembelajaran adalah turunan dari
pendekatan pembelajaran. Ia adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercpai secara efektif dan
efisien.[36]
Perlu diketahui bahwa awal dari penemun
multiple intelligences merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi. Ketika
ditarik ke dunia pendidikan, multiple intelligences menjadi sebuah strategi
pembelajaran.
Inti dari strategi pembelajaran multiple
intelligences adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah
ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Pendalaman strategi pembelajaran ini
akan menghasilkan kemampuan guru membuat siswa tertarik apa yang guru ajarkan
dan berhasil belajar dalam waktu yang relaif singkat.
Strategi pembelajaran multiple intelligences
sangat banyak jumlahnya seiring dengan kreativitas guru yang terus
berkembang. Pelaksanaan strategi akan
lebih mudah jika langkah awal difokuskan pada model aktivitas pembelajaran
dulu, baru setelah itu dilakukan analisis terhadap aktivitas tersebut berkaitan
dengan kecerdasan apa saja.
5.
Evaluasi
Penilaian dalam konsep Sekolahnya Manusia
terdapat tiga penilaian seperti penilaian pada umumnya sekolah, yaitu kognitif,
psikomotorik dan afektif. Penilaian yang dilakukan guru harus memuat
keseimbangan tiga ranah tersebut.[37]
a.
Penilaian Kognitif[38]
Penilaian ini dilakukan setelah siswa
mempelajari satu kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kognitif
meliputi
1. Tes lisan,
berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa
terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif.
2. Tes tertulis,
dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek kognitif mulai dari
jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi.
Bentuk pertanyaan berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, uraian
objektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi atu
kombinasinya.
b.
Penilaian Psikomotorik[39]
Kompetensi ranah psikomotorik meliputi
kompetensi yang dapat diraih dengan aktivitas pembelajaran bukan tes, melainkan
sebuah aktivitas yang memerlukan gerak tubuh atau perbuatan, kinerja
(permfomance), imajinasi, kreativitas dan karya-karya intelektual. Penilaian
ini dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar.
c.
Penilaian Afektif[40]
Kompetensi afektif meliputi peningkatan
pemberian respon, sikap, apresiasi, penilaian, minat dan internalisasi. Penilaian
dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik di dalam maupun
di luar kelas. Penilaian afektif terutama bertujuan untuk mengetahui karakter
siswa dalam proses pembelajaran dan hasil dari pembelajaran dapat dibagi
menjadi:
1)
Penilaian afektif pada saat proses belajar.
Pemberi nilai dalam kondisi ini adalah guru kelas. Outputnya berbentuk laporan
perkembangan siswa.
2)
Penilaian afektif di luar proses belajar di
dalam sekolah. Pemberi nilai adalah semua guru yang berkesempatan memantau
sikap siswa. Laporannya berbentuk buku poin, buku pintar dan lain-lain.
3)
Penilaian afektif di luar sekolah atau di
rumah. Pemberi nilai adalah orangtua. Laporannya berbentuk buku penghubung.
D. Relevansi Sistem
Kuttab Al-Fatih dan Sistem Sekolahnya Manusia Terhadap Pendidikan Islam
Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan.
Dan terbukti konsep pendidikan Islam menghasilkan ulama-ulama besar sepanjang
zaman dari generasi sahabat sampai ulama-ulama setelahnya. Imam Abu Hanifah, Imam
Syafi’i dan Muhammad Al-Fatih adalah mereka yang menempuh pendidikan dini dari
Kuttab. Ibnu Sina menjadi dokter di usia 17 tahun. Ibnu Khaldun belajar di
negerinya samapai 17 tahun cukup menyamMuhammad Al-Fatih menaklukkan . usamah
bin Zaid umur 17 tahun menjadi panglima.
Indahnya konsep pendidikan Islam karena ia
dibangun diatas iman yang kokoh dan adab yang agung. Bahkan konsep seseorang
yang ingin mencari ilmu, ia harus menghadirkan iman sebelum belajar Al-Qur’an
dan beradab sebelum belajar ilmu. Para ulama banyak belajar adab pada gurunya
sebelum mengambil ilmunya. Karena adab gurunya disaksikan langsung sebagai
bentuk keteladanan bagi murid-muridnya. Jika iman dan adab telah tertancam
dalam hati. Maka ia akan nyaman belajar Al-Qur’an. Iman itu menyala pada diri dalam bentuk
muncul dalam perbuatan dan ucapan. Al-Qur’an akan dijadikan sumber segala ilmu.
Itulah konsep yang dimiliki Kuttab Al Fatih.
Konsep yang menekankan iman sebelum Al-Qur’an dan adab sebelum ilmu. Kurikulum
yang sudah dirumuskan para ulama terdahulu.
Carilah sekolah yang serius dengan qur’annya,
yang serius dengan ilmu islamnya . mereka yang bermain-main dengan itu tidak
akan melahirkan pemimpin yang istimewa tidak akan melahirkan anak-anak yang
istimewa.[41]
Metode pembelajaran Multiple
Intelligences memiliki relevansi dengan metode pembelajaran dalam
pendidikan Islam terutama dengan kedua sumber utamanya al-Qur’an dan al-Hadits. Di dalam al-Qur’an
maupun al-Haditsh banyak didapatkan metode-metode pembelajaran yang berbasis
kecerdasan majemuk seperti metode cerita, ceramah, dialog dan membaca
(kecerdasan linguistik). Bahkan ayat pertama yang turun, Surat Al-‘Alaq ayat 5 berupa perintah membaca.
Konsep Multiple
Intelligences yang digagas oleh Howard Gardner yang menunjukkan kecerdasan
majemuk sebenarnya sudah ada dalam diri kita sebagai manusia sejak dahulu
karena kita dilahirkan memang mempunyai kecenderungan dan kelebihan di bidang
masing-masing. Peradaban Islam sudah banyak menelurkan ulama-ulama muslim yang
memiliki kecerdasan-kecerdasan diantara kecerdasan yang telah
disebutkan dalam konsep multiple intelligences. Namun, konsep tersebut hanya
baru tercetuskan dan dipatenkan sebagai penemuan teori yang dimiliki Howard
Gardner.
Konsep kuttab Al-Fatih yang menekankan iman
sebelum Al-Qur’an dan Adab sebelum ilmu tampaknya akan lebih bercahaya jika
dikombinasikan dengan konsep multiple intelligences yang menghargai berbagai
jenis kecerdasan siswa. Dengan strategi pembelajaran multiple intelligences
guru dapat mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh
siswanya sehingga membuat siswa tertarik apa yang guru ajarkan dan berhasil
belajar dalam waktu yang relaif singkat.
III. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan
bahwa
1. Sistem
pendidikan Kuttab Al-Fatih adalah menekankan konsep iman sebelum AL-Qur’an dan
adab sebelum ilmu.
2. Sistem
pendidikan Sekolahnya Manusia adalah konsep multiple intelligences yang
menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa apapun kondisinya.
B. Saran
Secara pribadi, penulis mendukung sistem dan
konsep yang ada pada Kuttab. Penulis menyarankan kepada pihak guru Kuttab
Al-Fatih untuk mengkombinasikan konsep kuttab dengan konsep multiple
intelligences yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa. Dengan strategi
pembelajaran multiple intelligences guru dapat mengemas gaya mengajarnya agar
mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya sehingga membuat siswa tertarik
apa yang guru ajarkan dan berhasil belajar dalam waktu yang relatif singkat.
DAFTAR PUSTAKA
Chatib Munif, Gurunya Manusia, Bandung: Kaifa Learning, 2012
Chatib Munif, Sekolah Anak-Anak Juara, Bandung: Kaifa Learning, 2012
Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia, Bandung: Kaifa Learning, 2012
Ibrahim Unais, Al-Mu’jam
Al-Wasith, tp, tt,
Qazwani, Muhammad bin Yazid Al-, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar
Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2013)
Sirjani, Prof. Dr. Raghib As-, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia,
terj Sonif dkk, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011
http://etheses.uin-malang.ac.id/5584/1/12110014.pdf
http://www.abanaonline.com/2016/08/sejarah-kuttab-bagian-1.html diakses pada hari Selasa, 07 November 2017
pukuL 12:45
http://www.abanaonline.com/2016/08/sejarah-kuttab-bagian-1.html diakses pada hari Selasa, 07 November 2017
pukuL 12:45
http://www.abanaonline.com/2017/03/kurikulum-kuttab-al-fatih-pembangkit.html diakses pada hari Rabu, 8 November 2017 pukul
15:14
http://www.abanaonline.com/2017/03/kurikulum-kuttab-al-fatih-pembangkit.html diakses pada Rabu, 08 November 2017 pukul
16:38
http://www.buahatiku.com/kuttab-al-fatih-alternatif-pendidikan-islami-masa-kini-berdasarkan-pola-tarbiyah-zaman-rasulullah/ diakses pada hari Selasa, 07 November 2017
pukul 12:49
http://www.buahatiku.com/kuttab-al-fatih-alternatif-pendidikan-islami-masa-kini-berdasarkan-pola-tarbiyah-zaman-rasulullah/ diakses pada hari Selasa, 07 November 2017
pukul 12:49
http://www.kuttabalfatih.com/info-kaf/ diakses pada hari Selasa, 07 November 2017
pukul 13:24
https://ar.wikipedia.org/wiki/كتاب_(مدرسة) diakses pada hari Senin, 06
November 2017 pukul 14:13
https://www.brilio.net/news/sudah-11-kali-ganti-ini-beda-kurikulum-pendidikan-dari-masa-ke-masa-150502x.html diakses pada hari Rabu, 8 November 2017 pukul
17:46
https://www.youtube.com/watch?v=OnIXpKi1xkY&index=2&list=PL5B54A4C5D147660F
diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:59
https://www.youtube.com/watch?v=oqQtArIcjYg diakses pada hari Kamis, 09 November 2017
pukul 13:36
[1] https://www.brilio.net/news/sudah-11-kali-ganti-ini-beda-kurikulum-pendidikan-dari-masa-ke-masa-150502x.html diakses pada hari Rabu, 8 November 2017 pukul 17:46
[6] Nama lengkapnya Abu Qasim Muhammad bin Hauqal (350 H). Seorang pengembara,
ahli geografi dan sejarah. Karyanya yang terkenal adalah ta’liq wa tanqih li
kitab al masalik wa al mamalik li isthakhrawi.
[7] Prof. Dr, Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm 203
[8] Prof. Dr, Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia,
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm 203
[9] https://ar.wikipedia.org/wiki/كتاب_(مدرسة) diakses pada hari Senin, 06 November 2017 pukul 14:13
[10] Moh. Toriqul Chaer, Kuttab, Lembaga Pendidikan Islam Klasik dalam
Jurnal Al-Murabbi Vol. 01 No. 02 diambil dari http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/murabbi/article/view/406 diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 14:19
[11] M. Ilham Sembodo dalam https://www.youtube.com/watch?v=OnIXpKi1xkY&index=2&list=PL5B54A4C5D147660F diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:59
[12] http://www.abanaonline.com/2016/08/sejarah-kuttab-bagian-1.html diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukuL 12:45
[13] http://www.buahatiku.com/kuttab-al-fatih-alternatif-pendidikan-islami-masa-kini-berdasarkan-pola-tarbiyah-zaman-rasulullah/ diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukul 12:49
[14] Ilham Soembodo dalam https://www.youtube.com/watch?v=OnIXpKi1xkY&index=2&list=PL5B54A4C5D147660F diakses pada hari Kamis, 09
November 2017 pukul 13:59
[15] http://www.abanaonline.com/2016/08/sejarah-kuttab-bagian-1.html diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukuL 12:45
[16] http://www.buahatiku.com/kuttab-al-fatih-alternatif-pendidikan-islami-masa-kini-berdasarkan-pola-tarbiyah-zaman-rasulullah/ diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukul 12:49
[17] Muhammad bin Yazid Al-Qazwani, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar Al-Kutub
Al-Ilmiyah, 2013), No hadits. 61, hlm. 24
[18] http://www.abanaonline.com/2017/03/kurikulum-kuttab-al-fatih-pembangkit.html diakses pada hari Rabu, 8 November 2017 pukul 15:14
[19] Fadli Afriansyah, S.Pd.I pada https://www.youtube.com/watch?v=OnIXpKi1xkY&index=2&list=PL5B54A4C5D147660F diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:59
[20] http://www.abanaonline.com/2017/03/kurikulum-kuttab-al-fatih-pembangkit.html diakses pada Rabu, 08 November 2017 pukul 16:38
[21] Setyo Dwi Putranto, Skripsi Sistem Pendidikan Islam Model
Kuttab (Studi Kasus di Kuttab Al-Fatih Malang), hlm 75 diambil dari http://etheses.uin-malang.ac.id/5584/1/12110014.pdf diakses pada hari Kamis, 09
November 2017 pukul 14:12
[22] Setyo Dwi Putranto, Skripsi Sistem Pendidikan Islam Model
Kuttab (Studi Kasus di Kuttab Al-Fatih Malang), hlm 76 diambil dari http://etheses.uin-malang.ac.id/5584/1/12110014.pdf diakses pada hari Kamis, 09
November 2017 pukul 14:12
[25] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 56
[26] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 77
[35] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm.
128-129
[37] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 176
[38] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 168
[40] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 174
[41] Ust. Budi Ashari, dalam https://www.youtube.com/watch?v=oqQtArIcjYg diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:36