Karena semangat lillah, kau tak kan pernah patah...

Kamis, 04 Januari 2018

Kuttab Vs Sekolahnya Manusia Perspektif Peradaban Pendidikan Islam



Kuttab Vs Sekolahnya Manusia Perspektif Peradaban Pendidikan Islam
Oleh : Nikma Nurul Izzah

I.         Pendahuluan
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah berulangkali mengalami perubahan. Sejak Indonesia merdeka selama 68 tahun telah terjadi perubahan kurikulum sebanyak 11 kali, 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, 2013, 2015[1]. Beberapa masalah yang muncul seperti perubahan kurikulum, tawuran pelajar, kasus pelecehan siswa oleh oknum guru, mahalnya biaya pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini membuat pendidikan nasional kehilangan kepercayaan dari sebagian masyarakat.

Sejarah pendidikan Islam yang telah melalui masa lebih dari 1400 tahun menunjukkan bahwa umat Islam dapat mnecapai zaman kegemilangan jika mereka mengikuti metode As-Salaf Ash-Shalih. Pendidikan Islam terbukti mampu melahirkan ulama-ulama yang tidak hanya menguasai satu bidang keilmuan saja, baik ilmu umum maupun agama. Diantara adalah Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i yang ahli dalam bidang fikih, Ibnu Sina, diumurnya yang masih belia 17 tahun ia sudah menjadi dokter hingga Muhammad Al-Fatih, diusianya yang masih belia, 24 tahun mampu meruntuhkan Benteng Konstantinopel.
Apa rahasia dibalik pendidikan Islam sebenarnya? Berangkat dari ini penulis ingin membahas Sistem Kuttab Al-Fatih Vs Sekolahnya Manusia Perspektif Peradaban Pendidikan Islam.

II.      Pembahasan
A.    Definisi Kuttab dan Sekolahnya Manusia
1.      Definisi Kuttab
Kuttab secara terminologi adalah tempat anak-anak untuk belajar membaca, menulis dan menghapal Al-Qur’an. Isim jamaknya adalah kataatiib.[2]  
Kuttab Al-Fatih adalah lembaga pendidikan untuk anak usia 5 – 12 tahun yang berkonsentrasi pada dua kurikulum utama yaitu kurikulum Iman dan Kurikulum Al-Qur’an.[3] Yang diusung oleh Ustadz Budi Ashari. Sistem pendidikan yang dibangun dalam Kuttab adalah menekankan pentingnya Iman sebelum Al-Qur’an dan Adab sebelum Ilmu. Hal ini terkandung dalam kurikulum Iman dan Al-Qur’an.
Dinamakan Kuttab Al-Fatih karena terinspirasi dari Al-Fatih, gelar yang disematkan pada Mehmed II /Mehmed Khoun, seorang sultan ketujuh Turki Utsmani yang di usia dua puluh tahun sudah mendapatkan penghargaan Nabi padahal ia lahir setelah delapan abad setelah Rasulullah wafat. Ia adalah panglima yang berhasil mendobrak benteng konstantinopel. Al-Fatih artinya Sang Pembuka.[4]
2.      Definisi Sekolahnya Manusia
Sekolahnya manusia adalah sekolah berbasis MI (Multiple Intelligences), yaitu sekolah yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswanya.[5]
B.     Kuttab dan Sistemnya
1.      Sejarah Kuttab dalam Peradaban Pendidikan Islam
Kuttab merupakan pusat pengajaran paling tua di kalangan kaum muslimi. Ada yang mengatakan dunia Arab telah mengetahuinya sebelumnya sebelum kedatangan Islam. Namun, hal itu hanya dalam ruang yang terbatas. Kedudukan kuttab dalam abad pertama hijriyah merupakan prioritas yang sangat diperhatikan urusannya karena merupakan gerbang pintu menuju pengajaran yang lebih tinggi. Kuttab menyerupai madrasah ibtidaiyah pada masa sekarang. Sesuatu yang banyak diperhatikan dimana Ibnu Hauqal[6] mendirikan 300 kuttab di satu kota negeri Shaqilah.[7]
Tujuan kuttab adalah memberikan persamaan pengajaran anak-anak kaum muslimin dalam hal baca tulis, dan menghapal Al-Qur’an. Nabi Muhammad sangat memperhatikan pendidikan anak-anak dan para pemuda. Nabi sangat memerintahkan para tawanan Perang Badar memberikan tebusan dengan cara mengajarkan tiap-tiap orang untuk mengajarkan sepuluh anakk anak untuk menulis sebagai syarat pembebasannya.[8]     
Pada awalnya, kuttab dilaksanakan untuk mengajarkan menghafal Al-Qur’an dan mengajarkan prinsip-prinsip membaca dan menulis. Pusat-pusat kuttab berada di masjid atau di rumah-rumah para penghafal Al-Qur’an. Darinya muncullah ulama-ulama besar fikih dan penghafal Al-Qur’an. Pengajarnya dikenal dengan muaddib dan syaikh-syaikh yang membantu mereka dalam menerapkan kurikulum Al-Qur’an, hadits, prinsip-prinsip membaca dan aritmatika. Kuttab saat itu belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah Islam.[9]
Sejarah awal pendidikan Islam mencatat bahwa kuttab terbagi atas dua karakteristik, yaitu: Pertama, kuttab berfungsi sebagai tempat pendidikan yang memfokuskan pada tulis baca, dalam teori pendidikan modern, menulis (kitabah) dan membaca (qiraah) merupakan teori kompetensi dasar pendidikan. Kedua, kuttab sebagai tempat pendidikan yang mengajarkan Al Quran dan dasar-dasar keagamaan.
Kuttab pada periode Abbasiyah memanfaatkan ruangan dimasjid- masjid sebagai sarana belajar membaca (qiraah) dan menulis (kitabah) Al- Qur’an. Kuttab sebagai tempat belajar bagi anak-anak tidak hanya bertempat di rumah. Namun, juga istana, toko-toko dan pinggir-pinggir pasar. Adapun pengajarannya meliputi membaca Al-Qur’an dan menghafalnya, pokok-pokok ajaran Islam kisah orang-orang besar Islam, menulis, membaca dan menghafal syair-syair atau prosa, berhitung serta pokok-pokok Nahwu-Shorof.
Pada saat yang bersamaan dengan kemajuan peradaban, lembaga-lembaga pendidikan lain mulai mengarahkan dirinya terhadap pendidikan Islam dan muncullah Daar Al Hikmah dengan tujuan agar gerakan terjemahan bertambah luas. Setelah itu muncullah sistem madrasah yang menjadikan sistem pendidikan Islam memasuki periode baru dalam pertumbuhan dan perkembangannya, dimana periode ini adalah periode terakhirnya. Sebab di sini madrasah sudah merupakan salah satu organisasi resmi negara dimana dikeluarkannya pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai negara.
Kuttab sebagai institusi pendidikan dasar Islam pertama akhirnya digantikan dengan sistem baru ketika Nidzamul Mulk (w. 1092 H/485 M) mendirikan madrasah Islam pertama di kota Baghdad pada tahun 1066. Madrasah Nidzamiyah diselenggarakan menggunakan sistem dan metode yang lebih modern dibanding kuttab. Dikemudian hari Madrasah Nidzamiyah menjadi percontohan bagi madrasah-madrasah Islam yang didirikan di Nisabur, Balkh, Heart, Isfahan, Marv, Basrah dan Mosul.[10]
2.      Sistem Pendidikan Kuttab Al-Fatih
Kuttab Al-Fatih berdiri sejak tahun 2012, bermula dari rumah yang berada di perumahan Griya Tugu Asri, Blok B2/20. Lembaga ini dibawah asuhan ust. Budi Ashari, Lc sekaligus pencetusnya. Kini kuttab sudah memiliki 16 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Lembaga pendidikan anak-anak usia 5 – 12 tahun ini kurikulumnya menitik beratkan pada Iman dan Al-Qur’an.
Kurikulum yang dirujuk kuttab adalah Al-Qur’an dan Sunah yang dikaji dan diturunkan menjadi sebuah aplikasi di dalam pendidikan usia 5 – 12 tahun serta mengkaji lebih dalam kitab-kitab para ulama yang berbicara tentang pendidikan generasi seperti Siroh Nabawiyah, Li Syuabil Al-Iman dan tulisan-tulisan ulama yang diyakini kebaikan kitabnya.
Dalam prakteknya, Kuttab Al-Fatih memiliki jenjang yaitu
1.    Kuttab Awal
Pada Kuttab Awwal adalah menyiapkan pondasi, yaitu pondasi Iman dan pondasi Qur’an.[11] Pada jenjang ini anak-anak belajar membaca, menulis, menghafal qur’an, ilmu dasar agama, dan berhitung dasar.[12] Kuttab Awwal terbagi menjadi 3 level, yaitu: 
a.    Kuttab Awal 1 (6-7 tahun)
b.   Kuttab Awal 2 (7-8 tahun)
c.    Kuttab Awal 3 (8-9 tahun)[13]
2.    Kuttab Qonuni
Jika iman dan Qur’an sudah tertanam, maka ia akan masuk pada tahapan bagaimana berlatih mandiri. Mandiri inilah masuk pada level Qonuni. Dari kuttab Awwal masuk pada level Qonuni. Mandiri ini belajar bagaimana Nabi Muhammad belajar.[14] Pada jenjang ini anak-anak dan remaja belajar ilmu bahasa dan adab. Mereka juga belajar ilmu agama, hadits, dan berbagai macam ilmu lainnya.[15] Kuttab Qonuni terbagi menjadi 4 level, yaitu:
1.        Kuttab Qonuni 1
2.        Kuttab Qonuni 2
3.        Kuttab Qonuni 3
4.        Kuttab Qonuni 4[16]
Dalam tahapan pembelajaran, kuttab memiliki tahapan pembelajaran
1.        Pendengaran sebelum penglihatan
2.        Hati sebelum akal
3.        Membaca sebelum menulis
4.        Menghafal sebelum menganalisa
5.        Iman sebelum Al-Qur’an
Sistem pendidikan yang dibangun dalam Kuttab adalah menekankan pentingnya Iman sebelum Al-Qur’an dan Adab sebelum Ilmu. Hal ini terkandung dalam kurikulum Iman dan Al-Qur’an. 
3.      Kurikulum Pendidikan
Sistem pendidikan yang dibangun dalam Kuttab adalah menekankan pentingnya Iman sebelum Al-Qur’an dan Adab sebelum Ilmu. Hal ini tersebut bahwa kurikulum dalam Kuttab Al-Fatih adalah kurikulum Iman dan Al-Qur’an yang dikaji dan diturunkan menjadi sebuah aplikasi di dalam pendidikan anak usia 5 – 12 tahun. Serta mengkaji dari kitab-kitab para ulama yang berbicara tentang pendidikan generasi.
a.    Iman sebelum Al-Qur’an
Iman sebelum Al-Qur’an yang ditekankan dalam Kuttab Al-Fatih terinpirasi dari  hadits Rasulullah
عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ، قَالَ : كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ ، فَتَعَلَّمْنَا الإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ , فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا
Dari Jundub bin Abdillah berkata: Dulu kami adalah anak-anak kecil yang sudah cukup kuat bersama Rasulullah . Maka kami pun mempelajari iman sebelum Al-Qur’an, kemudian kami mempelajari Al-Qur’an (setelah itu). Maka semakin bertambahlah iman kami. Sementara kalian hari ini, kalian mempelajari Al-Qur’an sebelum iman. (HR. Ibnu Majah)[17]
Iman sebelum Al-Qur’an, Syaikh Abu Yazid bin Shafiyah Al-Madani Al-Jaza-iri Hafizhahullah menjawab, "Dan sebagai kesimpulan, wajib bagi seorang ibu untuk mengajarkan kepada anaknya pertama-tama tentang keimanan akan al-Quran beserta kedudukannya(2) juga tentang kewajiban untuk mengarahkan diri kepadanya seraya mentadaburi ayat-ayatnya. (3)Juga mengajarkan kepadanya rukun-rukun iman yang enam dan tiga pembagian tauhid hingga dia memandang penting untuk mengambil faidah dari al-Quran. (4)Juga mengajarkan kepadanya agar tidak menyenangkan keinginannya untuk sekedar membaca huruf-huruf al-Quran seraya mengabaikan ketentuan-ketentuan dan hukum-hukumnya"
Seluruh rangkaian kegiatan dalam Kuttab Al-Fatih selalu diiringi dengan iman sebelum Al-Qur’an. Tidak ada satupun kegiatan dan pengajaran apapun kecuali pasti ditanamkan nilai-nilai keimanan seperti class meeting, rihlah, camping dan bahkan berhitung, bahasa dan pelajaran duniawi lainnya.
Iman sebelum Qur’an bukan berarti kita harus mengesampingkan belajar Al-Qur’an sejak dini, tapi kita hanya mengutamakan untuk mengajarkan tentang iman kepada Allah taala, kekuasaan Allah, Malaikat Allah, Kitab, RasulNya dan juga mengajarkan Al-Qur'an sambil ditanamkan makna-maknanya. Dengan demikian tatkala anak kita belajar Al-Qur’an, maka akan bertambah imannya.
Kurikulum inilah yang dahulu diterapkan oleh Rasulullah dan ditanamkan kepada para sahabat-sahabat nabi saat kecil seperti Abdullah bin Abbas, Usamah bin Zaid dan para ulama-ulama lainnya yang menjadi generasi gemilang di usia muda. Tujuannya adalah membangun dan menguatkan pondasi iman sebelum mereka dibebani syari'at. Sehingga mereka berhasil membangun peradaban Islam yang luar biasa, kuat dari segala sisi. Baik sisi ekonomi, militer, politik dan lain-lain. Bahkan kejayaan tersebut terus berlanjut sampai pada akhirnya turki utsmani runtuh.[18]
Paham tentang ilmu iman, masuk dalam hati mereka, ada bukti dalam aplikasi kehidupan mereka, menjadi karakter dalam dirinya . Yang nantinya qur’an bukan Cuma dihapal naik pada tingkat berikutnya qur’an itu akan kita latih untuk menjadi sumber segala ilmu.  Ketika iman sudah mantap, mereka akan nyaman dengan Al-qur’an itu sendiri[19] jika iman sudah tertanam maka ia akan berlatih mandiri.
Iman itu mencakup seluruh kehidupan. Iman menjadi ruh dalam setiap aktivitas, juga menjadi hasil dari setiap aktivitas manusia. Inilah yang dimaksud dengan generasi yang berkarakter keimanan.
b.    Adab sebelum Ilmu
Kurikulum Kuttab Al-Fatih selanjutnya adalah ‘Adab sebelum Ilmu’. Hal ini sesuai dan sejalan dengan pendidikan islam yang diajarkan Nabi. Sangat memperhatikan adab-adabnya yang tidak dapat ditemukan selain dalam pendidikan islam. Hal ini sebagaimana para sahabat yang mengambil ilmu dari Nabi dan ulama belajar kepada guru-gurunya.
Apa yang guru kuttab lakukan adalah pembelajaran bagi anak-anak. Ulama banyak sekali para ulama yang mengatakan kami belajar adab guru saya sebelum ilmunya. Guru Adabnya yang disaksikan oleh anak-anak. Sesuatu yang tidak terajarkan tetapi tertanamkan. Cara guru menegur, bersikap, memberi penghargaan. Guru yang mendidik harus dikagumi untuk anak-anaknya dan harus diteladani. 
Sebagaimana seorang Abdullah bin Mubarak, beliau berkata kepada ahli hadits dan penuntut ilmu, "Kalian lebih membutuhkan adab daripada banyaknya ilmu." "Pelajari adab sebelum Engkau pelajari Ilmu."
Misal lain, Ibnul Mubarok berkata,
تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين
"Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun."
Ibnu Sirin berkata,
كانوا يتعلمون الهديَ كما يتعلمون العلم
"Mereka -para ulama- dahulu mempelajari petunjuk (adab) sebagaimana mereka menguasai suatu ilmu."
Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
"Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu."
Kuttab Al-Fatih memakai kurikulum belajar adab sebelum ilmu. Para ulama mendahulukan mempelajari adab sebelum ilmunya. Yusuf bin Al Husain berkata,
بالأدب تفهم العلم
"Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu." Syaikh Sholeh Al Ustaimin berkata, "Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan."
Anak-anak didik Kuttab Al-Fatih sangat tertib saat belajar. Mereka harus benar-benar sami'na wa atha'na (mendengarkan dan menaati gurunya). Tidak ada yang bermain tangan saat guru menjelaskan, pelajaran, dihentikan jika ada yang tidak tertib, pelajaran tidak dilanjutkan jika mereka belum sesuai adab belajar, semua duduk bersila diam dan tenang.[20]
4.      Pendekatan dan Metode
Pembelajaram antara kelas iman dan Al-Qur’an tidak sam. Kelas iman menggunakan kelas teta dengan model tematik sedangkan kelas Al-Qur’an menggunakan moving class. Artinya, jika hafalan Al-Qur’an masih belum mencapai target maka ia ikut kelas bawah. Kalu kelas Al-Qur’an itu hafalannya, kalau kelas iman berdasarkan umurnya.[21]
Untuk memperlancar dan mempercepat hafalan santri, diadakannya program tasmi’. Metode mengajar tidak jauh berbeda seperti pembelajaran sekolah pada umumnya. Ceramah, tanyah jawab, kisah. Dalam pembelajaran sangat ditekankan dalam menjaga adab. Sebelum pelajaran dimulai kelas harus sudah tenang dan santri sudah siap dengan posisinya untuk menerima ilmu. Pembukaan tema digunakan metode outing class (kegiatan di luar kelas).
Pembelajaran di kelas Al-Qur’an menggunakan model halaqoh. Santri duduk melingkar menghadap ustaz. Penyampaian materi pengenalan huruf hijaiyah menggunakan metode talaqqi. Metode tasmi’ digunakan bila santri ingin menyetorkan hafalan atau ziyadah. Untuk muroja’ah hafalan Al-Qur’an menggunakan model halaqoh jama’i. Sedangkan kitabah biasanya menggunakan metode drill. [22]
5.      Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dan perkembangan murid Kuttab Al-Fatih dilaorkan dalam bentuk raport. Komponen didalamnya berbentuk numerik dan deskriptif. Evaluasi didalamnya meliputi:
a.    Refleksi harian
Refleksi harian berisi tentang catatan personal santri baik dari segi capaian hafalnnya, kondusif dan tidaknya halaqah, adab santri diaat halaqah serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan nilai rapot
b.    Absensi kehadiran
Berisi presensi kehadiran santri sekaligus sebagai buku pencatatan capaian hafalan santri dalam kesehariannya.
c.     Mutaba’ah
Mutabaah adalah lembar penilaian dan capaian santri berupa buku yang dibawa pulang oleh santri sebagai bahan evaluasi orang tua selama halaqah di Kuttab.
Pada kurikulum iman, penilaian harian dapat dilakukan dengan observasi, contohnya yang dinilai adalah sikap (karakter iman). Nilai harian juga dapat diambil ari lembar tugas harian lainnya. Penilaian berkala juga dilaksanakan pada Ujian Tema dan Ujian Semester. Ujian tema dilakukan setelah materu 
Adapun untuk kurikulum Al-Qur’an beberapa hal yang dinilai adalah sebagai berikut:
a.    Penilaian tahfidz dan tilawah
Adapun yang dinilai dalam hal ini adalah: kelancaran, makhroj, mad, dan ghunnah.
b.    Penilaian adab
Pengambilan nilai adab ditinjau dari santri dalam kesehariannya dan dari hasil rekapan refleksi harian. Penilaian ini bersifat deskriptif.
c.     Penilaian kitabah
Penilaian kitabah diambil mulai level Qanuni 1 yang mana santri sudah diajarkan kaidah penulisan huruf berbahasa arab. Penilaian ii ditinjau dari bashiroh guru.
Sebagai program penunjang, ada program BBO (Belajar Bersama Orang Tua). Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk interaksi antara guru di sekolah dan orangtua dirumah berkaitan dnegan pembelajaran di Kuttab. Program ini berupa tugas tugas kepada orangtua untuk mengajarkan materi pelajaran kepada anak-anaknya dirumah. Setelah itu, hasil belajar hasil belajar dirumah dilaporkan ke Kuttab untuk bahan penyusunan evaluasi anak.
Inilah keunikan program Kuttab Al-Fatih. Artinya Kuttab bukan tempat penitipan anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik dan beradab tanpa peran orangtua dirumah.   
C.    Sistem Sekolahnya Manusia
1.        Sejarah Ide Sekolahnya Manusia
Sekolahnya Manusia adalah sekolah berbasis Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), yaitu sekolah yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswanya.[23] Sekolahnya manusia menekankan bahwa semua anak memiliki potensi cerdas yang menonjol yang mungkin tidak termasuk kategori kecerdasan oleh sekolah.
Munif Chatib adalah penggagas ‘Sekolahnya Manusia’ di Indonesia. ‘Sekolahnya Manusia’ bukanlah sebuah lembaga baru. Ia adalah sebuah sistem pendidikan sekolah dengan strategi pembelajaran Multiple Intelligences.
Multiple Intelligences adalah sebuah strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus.
Munif Chatib lahir pada tanggal 5 Juli 1969.  Ia menyelesaikan  sarjana strata satunya di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Meskipun mengenyam  pendiidkan di dunia hukum namun rasa cintanya di dunia pendidikan tidak pernah padam. Setelah menyandang status Sarjana Hukum pada tahun 1992, ia malah kembali menekuni kecintaannya pada dunia pendiidkan dengan menjadi seorang asisten dosen. Tak berlangsung lama pula Ia kemudian menjadi tenaga pengajar di Universitas Nasional Jakarta pada tahun 1993.
Pada tahun 1999, Bapak satu putri ini kembali melanjutkan pendidikannya dengan Distance Learning di Supercamp Oceanside California USA yang dipimpn oleh Bobbi DePorter. Ia menduduki peringkat 5 dari 73 lulusan alumni pertama dan satu-satunya lulusan dari Indonesia. ‘Islamic Quantum learning’ adalah tesisnya yang cukup menggemparkan dan sampai sekarang menjadi referensi paling diminati di Supercamp.
“Islamic Quantum Learning adalah kritik tentang penokohan fiktif yang dikembangkan oleh Bobbi DePorter. Dan sepertinya, saya menemukan hal yang luar biasa, yaitu ternyata mereka mengakui bahwa nilai-nilai islam adalah nilai-nilai terbaik dalam penerapan penokohan dan character buildig yang diajarkan di sekolah-sekolah. Ibaratnya air sumur. Air sumur itu adalah nilai Islam dan mereka menyedotnya dengan mesin yang canggih. Sedangkan kita di Indonesia atau di sekolah-sekolah Islam mengambil air itu dengan timba bocor. Jadi, kelemahan pendidikan kita terletak pada metodologi”, ujar Munif Chatib yang selalu yakin bahwa sekolah islam mestinya dapat menjadi sekolah terbaik dan unggul.
Saat ini Munif menjabat sebagai Direktur Lembaga Pendidikan YIMI Gresik sejak tahun 2003, Ia juga merupakan seorang praktisi dan profesional di bidang manajemen pendidikan, tak ketinggalan pria lulusan terbaik ke lima Distance Learning di Supercamp Oceanside California USA ini juga mnejabat sebagai konsultas dan pelatihan pendidikan di beberapa dinas dan lembaga pendidikan salah satunya lembaga pendidikan YIMI Gresik sejak tahun 2003, lembaga pendidikan mutiara ilmu Bengil sejak tahun 2004.[24]
Keahliannya dalam konsep yang dicetuskan Howard Gardner yang bernama Multiple Intelligences memunculkan ide ‘Sekolahnya Manusia’ yaitu ia piawai dalam membahas metode dan model pembelajarn dengan contoh-contoh praktis dan konkret. Munif Chatib juga meneliti dan menemukan MIR (Multiple Intelligences Research) dan MIS (Multiple Intelligences System).      
2.        Teori Kecerdasan Multiple Intelligences[25]
Dalam buku Frame of Mind, Howard Gardner menulis teori Multiple Intelligences bahwa  ada delapan kecerdasan yang diantaranya dimiliki manusia.
a.    Kecerdasan Linguistik
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa. Hal ini berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi dan berdebat. 
b.   Kecerdasan Matematis-Logis
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. Hal ini berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar dan berpikir logis dan memecahkan masalah.
c.    Kecerdasan Visual-Spasial
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung dan mendesain.
d.   Kecerdasan Musikal
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasikan irama, pola titik nada dan warna nada serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik.
e.    Kecerdasan Kinestetis
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respons dan refleks. Hal ini berkaitan dengan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan.
f.     Kecerdasan Interpersonal
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan keinginan orang lain. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi,  negosiasi, bekerjasama dan mempunyai empati yang tinggi.
g.    Kecerdasan Intrapersonal
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri dan sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup.
h.   Kecerdasan Naturalis
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi species lain dan memetakan hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun non-formal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan meneliti gejala alam, mengklasifikas dan identifikasi.  
i.      Kecerdasan Eksistensial
Komponen inti dalam kecerdasan ini adalah kepekaan dalam menyiapkan diri menghadapi kematian. Muhasabah, mengambil pelajaran dari peristiwa kematian adalah diantara kegiatan yang disukai oleh mereka yang memiliki kecerdasan eksistensial.
3.        Sistem Pendidikan dalam Sekolahnya Manusia[26]
Sebenenarnya, multiple intelligences adalah sebuah teori kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang psikolog dari Project Zero Harvard University pada 1983. Hal yang menarik pada teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan redefinisi kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple Intelligences, teori keccerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. 
Konsep multiple intelligences system tidak mengenal predikat siswa bodoh serta tidak ada pelajaran yang dianggap sulit
a.    Paradigma Kecerdasan
Ada tiga paradigma mendasar yang diubah Gardner
1)   Cerdas tidak dibatasi tes formal
Kecerdasan tidak mugkin dibatasi oleh tes formal. Sebab setelah diteliti, ternya kecerdasan seseorang  selalu berkembang (dinamis) tidak statis. Sumber kecerdasan seseorang adalah kebiasaannya untuk membuat produk budaya (kreativitas) dan kebiasaannya menyelesaikan masalah secara mandiri. Kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang yang dilakukan berulang-ulang. [27]
2)   Kecerdasan itu multidimensi
Artinya bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak dimensi, tidak hanya kecerdasan verbal atau logika. Ranah kecerdasan terus berkembang dan masih banyak lagi kecerdasan yang belum ditemukan.[28]
3)   Kecerdasan, Proses Discovering Ability
Multiple intelligences punya metode discovring ability, artinya proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu melalui pencarian kecerdasan. Kecerdasan lebih dititikberatkan pada proses untuk mencapai kondisi akhir terbaik.
b.   The Best Process
Dalam penerimaan siswa barunya, sekolah unggul tidak menetapkan the best input, namun the best process. Karena konsep multiple intelligences menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh. Setiap dari mereka pasti memiliki minimal satu kelebihan dan kecenderungan.
Berdasarkan hal diatas, sekolah unggul menerima siswa barunya dalam kondisi apapun. Sekolahlah yang meneliti kondisi siswanya secara psikologis dan mengetahui kecenderungan kecerdasan yang dimilikinya melalui metode riset yang dinamakan Multiple Intelligences Research (MIR)
Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada kualitas proses pembelajaran dan bukan kualitas input siswanya. Adapun kualitas pembelajaran bergantung pada kualitas yang dimiliki seorang guru.[29]
Sekolah unggul adalah sekolah yang gurunya mampu menjamin semua siswanya akan dibimbing ke arah perubahan yang lebih baik. Artinya, ia akan menjadi ‘agen perubah’ bagi siswanya.[30] Kesimpulannya, sekolah unggul adalah sekolah yang memanusiakan manusia dalam arti menghargai setiap potensi yang dimiliki siswanya. Sekolah yang membuka pintunya kepada semua siswa bukan dengan menyeleksinya dengan nilai berupa angka-angka untuk diketahui diterima atau tidak.[31]   
c.    Metode MIR (Multiple Intelligences Research)
MIR adalah sebuah riset yang ditujukan kepada siswa dan orangtuanya untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa yang paling menonjol dan berpengaruh.  Data hasil MIR digunakan oleh sekolah dan guru untuk pengembangan proses belajar mengajar, bukan untuk menentukan siswa diterima atau tidak disekolah tersebut.[32]
MIR adalah sebuah instrument riset yang dapat memberian deskripsi tentang kecenderungan kecerdasan seseorang. Hasil dari kecenderungan kecerdasan tersebut dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang. Gaya belajar adalah pola bagaimana sebuah informasi bisa diterima seseorang. Oleh karen itu, seorang guru harus punya data gaya belajar para siswanya untuk kemudian guru menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswanya dari hasil MIR. Pada akhirnya guru masuk ke dunia siswa. Siswa merasa nyaman dalam proses belajarnya.[33]  
MIR menjadi alat bantu seorang guru menemukan gaya belajar siswanya. MIR biasa dilaksanakan pada penerimaan siswa baru. MIR juga bisa dilaksankan pada saat kenaikan kelas karena kecerdasan seseorang selalu berkembang dan tidak statis. Kecerdasan seseorang selalu berkaitan dengan kebiasaan yang selalu diulang-ulang.[34]
4.        Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences dalam Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah sebuah sistem proses pembelajaran yang utuh mulai dari awal hingga akhir. Model pembelajaran meliputi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan teknik pembelajaran.[35]
Strategi pembelajaran adalah turunan dari pendekatan pembelajaran. Ia adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercpai secara efektif dan efisien.[36]
Perlu diketahui bahwa awal dari penemun multiple intelligences merupakan teori kecerdasan dalam ranah psikologi. Ketika ditarik ke dunia pendidikan, multiple intelligences menjadi sebuah strategi pembelajaran.
Inti dari strategi pembelajaran multiple intelligences adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Pendalaman strategi pembelajaran ini akan menghasilkan kemampuan guru membuat siswa tertarik apa yang guru ajarkan dan berhasil belajar dalam waktu yang relaif singkat.
Strategi pembelajaran multiple intelligences sangat banyak jumlahnya seiring dengan kreativitas guru yang terus berkembang.  Pelaksanaan strategi akan lebih mudah jika langkah awal difokuskan pada model aktivitas pembelajaran dulu, baru setelah itu dilakukan analisis terhadap aktivitas tersebut berkaitan dengan kecerdasan apa saja.
5.        Evaluasi
Penilaian dalam konsep Sekolahnya Manusia terdapat tiga penilaian seperti penilaian pada umumnya sekolah, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Penilaian yang dilakukan guru harus memuat keseimbangan tiga ranah tersebut.[37]
a.    Penilaian Kognitif[38]
Penilaian ini dilakukan setelah siswa mempelajari satu kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kognitif meliputi
1.    Tes lisan, berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa terhadap masalah yang berkaitan dengan kognitif.
2.    Tes tertulis, dilakukan untuk mengungkap penguasaan siswa dalam aspek kognitif mulai dari jenjang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, sampai evaluasi. Bentuk pertanyaan berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, uraian objektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi atu kombinasinya.
b.    Penilaian Psikomotorik[39]
Kompetensi ranah psikomotorik meliputi kompetensi yang dapat diraih dengan aktivitas pembelajaran bukan tes, melainkan sebuah aktivitas yang memerlukan gerak tubuh atau perbuatan, kinerja (permfomance), imajinasi, kreativitas dan karya-karya intelektual. Penilaian ini dilakukan selama berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar.
c.    Penilaian Afektif[40]
Kompetensi afektif meliputi peningkatan pemberian respon, sikap, apresiasi, penilaian, minat dan internalisasi. Penilaian dilakukan selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas. Penilaian afektif terutama bertujuan untuk mengetahui karakter siswa dalam proses pembelajaran dan hasil dari pembelajaran dapat dibagi menjadi:
1)        Penilaian afektif pada saat proses belajar. Pemberi nilai dalam kondisi ini adalah guru kelas. Outputnya berbentuk laporan perkembangan siswa.
2)        Penilaian afektif di luar proses belajar di dalam sekolah. Pemberi nilai adalah semua guru yang berkesempatan memantau sikap siswa. Laporannya berbentuk buku poin, buku pintar dan lain-lain.
3)        Penilaian afektif di luar sekolah atau di rumah. Pemberi nilai adalah orangtua. Laporannya berbentuk buku penghubung.
D.    Relevansi Sistem Kuttab Al-Fatih dan Sistem Sekolahnya Manusia Terhadap Pendidikan Islam
Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan. Dan terbukti konsep pendidikan Islam menghasilkan ulama-ulama besar sepanjang zaman dari generasi sahabat sampai ulama-ulama setelahnya. Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Muhammad Al-Fatih adalah mereka yang menempuh pendidikan dini dari Kuttab. Ibnu Sina menjadi dokter di usia 17 tahun. Ibnu Khaldun belajar di negerinya samapai 17 tahun cukup menyamMuhammad Al-Fatih menaklukkan . usamah bin Zaid umur 17 tahun menjadi panglima.
Indahnya konsep pendidikan Islam karena ia dibangun diatas iman yang kokoh dan adab yang agung. Bahkan konsep seseorang yang ingin mencari ilmu, ia harus menghadirkan iman sebelum belajar Al-Qur’an dan beradab sebelum belajar ilmu. Para ulama banyak belajar adab pada gurunya sebelum mengambil ilmunya. Karena adab gurunya disaksikan langsung sebagai bentuk keteladanan bagi murid-muridnya. Jika iman dan adab telah tertancam dalam hati. Maka ia akan nyaman belajar Al-Qur’an.  Iman itu menyala pada diri dalam bentuk muncul dalam perbuatan dan ucapan. Al-Qur’an akan dijadikan sumber segala ilmu.
Itulah konsep yang dimiliki Kuttab Al Fatih. Konsep yang menekankan iman sebelum Al-Qur’an dan adab sebelum ilmu. Kurikulum yang sudah dirumuskan para ulama terdahulu.
Carilah sekolah yang serius dengan qur’annya, yang serius dengan ilmu islamnya . mereka yang bermain-main dengan itu tidak akan melahirkan pemimpin yang istimewa tidak akan melahirkan anak-anak yang istimewa.[41]
Metode pembelajaran Multiple Intelligences memiliki relevansi dengan metode pembelajaran dalam pendidikan Islam terutama dengan kedua sumber utamanya al-Qur’an dan al-Hadits. Di dalam al-Qur’an maupun al-Haditsh banyak didapatkan metode-metode pembelajaran yang berbasis kecerdasan majemuk seperti metode cerita, ceramah, dialog dan membaca (kecerdasan linguistik). Bahkan ayat pertama yang turun, Surat Al-‘Alaq ayat 5 berupa perintah membaca.
Konsep Multiple Intelligences yang digagas oleh Howard Gardner yang menunjukkan kecerdasan majemuk sebenarnya sudah ada dalam diri kita sebagai manusia sejak dahulu karena kita dilahirkan memang mempunyai kecenderungan dan kelebihan di bidang masing-masing. Peradaban Islam sudah banyak menelurkan ulama-ulama muslim yang memiliki kecerdasan-kecerdasan diantara kecerdasan yang telah disebutkan dalam konsep multiple intelligences. Namun, konsep tersebut hanya baru tercetuskan dan dipatenkan sebagai penemuan teori yang dimiliki Howard Gardner.
Konsep kuttab Al-Fatih yang menekankan iman sebelum Al-Qur’an dan Adab sebelum ilmu tampaknya akan lebih bercahaya jika dikombinasikan dengan konsep multiple intelligences yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa. Dengan strategi pembelajaran multiple intelligences guru dapat mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya sehingga membuat siswa tertarik apa yang guru ajarkan dan berhasil belajar dalam waktu yang relaif singkat.

III.   Penutup
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
1.    Sistem pendidikan Kuttab Al-Fatih adalah menekankan konsep iman sebelum AL-Qur’an dan adab sebelum ilmu.
2.    Sistem pendidikan Sekolahnya Manusia adalah konsep multiple intelligences yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa apapun kondisinya.
B.     Saran
Secara pribadi, penulis mendukung sistem dan konsep yang ada pada Kuttab. Penulis menyarankan kepada pihak guru Kuttab Al-Fatih untuk mengkombinasikan konsep kuttab dengan konsep multiple intelligences yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa. Dengan strategi pembelajaran multiple intelligences guru dapat mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya sehingga membuat siswa tertarik apa yang guru ajarkan dan berhasil belajar dalam waktu yang relatif singkat.


DAFTAR PUSTAKA
Chatib Munif, Gurunya Manusia, Bandung: Kaifa Learning, 2012
Chatib Munif, Sekolah Anak-Anak Juara, Bandung: Kaifa Learning, 2012
Chatib, Munif, Sekolahnya Manusia, Bandung: Kaifa Learning, 2012
Ibrahim Unais, Al-Mu’jam Al-Wasith, tp, tt,
Qazwani, Muhammad bin Yazid Al-, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2013)
Sirjani, Prof. Dr. Raghib As-, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, terj Sonif dkk, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011
http://etheses.uin-malang.ac.id/5584/1/12110014.pdf
http://www.abanaonline.com/2016/08/sejarah-kuttab-bagian-1.html diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukuL 12:45
http://www.abanaonline.com/2016/08/sejarah-kuttab-bagian-1.html diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukuL 12:45
http://www.abanaonline.com/2017/03/kurikulum-kuttab-al-fatih-pembangkit.html diakses pada hari Rabu, 8 November 2017 pukul 15:14
http://www.kuttabalfatih.com/info-kaf/ diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukul 13:24
https://ar.wikipedia.org/wiki/كتاب_(مدرسة) diakses pada hari Senin, 06 November 2017 pukul 14:13
https://www.youtube.com/watch?v=OnIXpKi1xkY&index=2&list=PL5B54A4C5D147660F diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:59
https://www.youtube.com/watch?v=oqQtArIcjYg diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:36



[2] Ibrahim Unais, Al-Mu’jam Al-Wasith, tp:tt, hlm. 810
[3] http://www.kuttabalfatih.com/info-kaf/ diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukul 13:24
[4] Budi Ashari
[5] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning), hlm. xxi
[6] Nama lengkapnya Abu Qasim Muhammad bin Hauqal (350 H). Seorang pengembara, ahli geografi dan sejarah. Karyanya yang terkenal adalah ta’liq wa tanqih li kitab al masalik wa al mamalik li isthakhrawi.
[7] Prof. Dr, Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm 203
[8] Prof. Dr, Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), hlm 203
[9] https://ar.wikipedia.org/wiki/كتاب_(مدرسة) diakses pada hari Senin, 06 November 2017 pukul 14:13
[10] Moh. Toriqul Chaer, Kuttab, Lembaga Pendidikan Islam Klasik dalam Jurnal Al-Murabbi Vol. 01 No. 02 diambil dari http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/murabbi/article/view/406 diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 14:19
[11] M. Ilham Sembodo dalam https://www.youtube.com/watch?v=OnIXpKi1xkY&index=2&list=PL5B54A4C5D147660F diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:59
[12] http://www.abanaonline.com/2016/08/sejarah-kuttab-bagian-1.html diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukuL 12:45
[14] Ilham Soembodo dalam https://www.youtube.com/watch?v=OnIXpKi1xkY&index=2&list=PL5B54A4C5D147660F   diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:59
[15] http://www.abanaonline.com/2016/08/sejarah-kuttab-bagian-1.html diakses pada hari Selasa, 07 November 2017 pukuL 12:45
[17] Muhammad bin Yazid Al-Qazwani, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2013), No hadits. 61, hlm. 24
[18] http://www.abanaonline.com/2017/03/kurikulum-kuttab-al-fatih-pembangkit.html diakses pada hari Rabu, 8 November 2017 pukul 15:14
[19] Fadli Afriansyah, S.Pd.I pada https://www.youtube.com/watch?v=OnIXpKi1xkY&index=2&list=PL5B54A4C5D147660F diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:59

[21] Setyo Dwi Putranto, Skripsi Sistem Pendidikan Islam Model Kuttab (Studi Kasus di Kuttab Al-Fatih Malang), hlm 75 diambil dari http://etheses.uin-malang.ac.id/5584/1/12110014.pdf  diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 14:12
[22] Setyo Dwi Putranto, Skripsi Sistem Pendidikan Islam Model Kuttab (Studi Kasus di Kuttab Al-Fatih Malang), hlm 76 diambil dari http://etheses.uin-malang.ac.id/5584/1/12110014.pdf  diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 14:12
[23] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. xxi
[24] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. vii
[25] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 56
[26] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 77
[27] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm 71
[28] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm 75
[29] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 93
[30] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 92-93
[31] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 96
[32] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 93-94
[33] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 101
[34] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 102
[35] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 128-129
[36] Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 128-129
[37] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 176
[38] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 168
[39] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 169
[40] Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), hlm. 174
[41] Ust. Budi Ashari, dalam https://www.youtube.com/watch?v=oqQtArIcjYg diakses pada hari Kamis, 09 November 2017 pukul 13:36